Kamis, 01 April 2010

ENDE – Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak saja dikenal karena Danau Kelimutu atau Danau Tiga Warna yang disebut-sebut salah satu dari sembilan keajaiban dunia, tapi di daerah ini juga terdapat rumah bekas pengasingan Proklamator Republik Indonesia Ir. Soekarno (Bung Karno) yang terdapat di jantung Kota Ende.

Rumah bekas pengasingan Bung Karno itu terletak di Jalan Perwira, Kota Ende. Sekilas memang rumah yang berukuran 12 X 9 meter persegi tersebut tidak jauh berbeda dengan rumah penduduk di sekitarnya karena kontruksinya menyerupai permukiman di sampingnya. Namun di rumah yang kini ditunggui Musa, warga setempat itu ternyata menyimpan kenangan ketika Bung Karno diasingkan pemerintahan Kolonial Belanda.
Yang membedakan rumah tersebut hanya sebuah papan nama bertuliskan: ”Situ Bekas Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende di Jalan Perwira, Ende, Dilindungi oleh Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.” Papan nama itu berada di halaman depan rumah itu.
Bung Karno pernah menjalani masa pengasingan selama empat tahun sejak 1934 hingga 1938 di rumah tersebut. Bung Karno memasuki rumah tersebut sejak 14 Januari 1934 bersama istrinya, Inggit Garnasih, mertuanya Ibu Amsih, anak angkatnya Ratna Juami, serta guru anak angkatnya Asmara Hadi.
Di rumah tersebut terdapat ruang tidur, ruang tamu, ruang dapur, serta sebuah ruangan khusus untuk samadi Bung Karno. Sejumlah barang milik Bung Karno seperti tongkat, kopiah, lukisan serta foto-foto Bung Karno selama di Ende masih tersimpan di tempat ini. ”Bung Karno suka bersamadi di salah satu ruangan di belakangan ruang kamarnya. Hingga kini telapak tangan Bung Karno masih berbekas di ruang samadi itu,” cerita Musa, penjaga rumah tersebut.
Selama diasingkan di Ende ini, Bung Karno berhasil menulis sebuah buku berjudul Bung Karno, Ilham dari Flores untuk Nusantara. Buku ini sangat diminati warga setempat bahkan hingga keluar Ende. Buku tersebut menceritakan perenungan Bung Karno di bawah sebuah pohon sukun bercabang lima yang melahirkan gagasan lima butir Pancasila. Kelima butir Pancasila secara resmi diumumkan Bung Karno pada 1 Juni 1945 di depan sidang Dokoritsu Zyumbi Tyoosakai. Tanggal 1 Juni 1945 itu belakangan diketahui sebagai hari lahirnya Pancasila. Hingga kini pohon sukun tersebut masih berdiri tidak jauh dari sebuah lapangan sepak bola di tengah Kota Ende. Para turis lokal maupun mancanegara setiap kali berkunjung ke Ende, selalu mengambil gambar di pohon sukun bercabang lima. Untuk mengamankan pohon sukun itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ende memasang pagar berwarna oranye di sekitarnya. Rumah dan pohon sukun yang menjadi saksi sejarah tersebut hingga kini tetap terpelihara dengan baik.

Peristiwa Gaib
Di kalangan warga setempat, rumah pengasingan Bung Karno tersebut dianggap sakral. Kabarnya, setiap orang yang memasuki rumah bekas pengasingan Bung Karno itu harus ”kulonuwun” alias permisi kepada Bung Karno.
Percaya atau tidak, tapi itulah yang saya alami ketika mengunjungi bekas rumah pengasingan Bung Karno itu. Saya lupa ”permisi” untuk melihat sumur tempat Bung Karno mengambil air untuk mandi. Sehingga, menurut seorang rekan saya yang ternyata mengetahui dunia alam gaib, seorang wanita bertubuh sedang mengenakan pakaian hitam mengikuti saya ketika melihat dapur di bekas rumah pengasingan Bung Karno.
”Saya lihat kamu diikuti seseorang bertubuh sedang mengenakan pakaian serba hitam. Saya yakin orang itu adalah salah satu pembantu Bung Karno ketika diungsikan di tempat ini,” ujar Iwan, reporter Radio Pro 2 FM, rekan saya yang mengaku tahu dunia alam gaib itu. Dia bersama saya mengikuti rombongan press tour PT Jasa Raharja mengunjungi rumah tempat pengasingan Bung Karno pada 30 Juni 2005 lalu. Saya setengah percaya dengan cerita rekan saya itu.
Saya memang sempat menimba air di sumur itu dan cuci muka di sana. Apakah karena saya mencuci muka di sumur itu sehingga diikuti wanita bertubuh sedang dan tidak terlihat itu, saya sendiri pun tidak tahu. Tapi, Musa penjaga rumah itu membenarkan hal itu. Dia menambahkan, siapa pun yang memasuki rumah tempat pengasingan itu memang harus meminta izin kepada Bung Karno dengan mengucapkan ”permisi” dalam hati. ”Kalau Anda tidak mengucapkan kata permisi, nanti ada saja rintangan. Misalnya, ketika akan memotret pasti gambarnya tidak tampak,” tutur Musa.
Di rumah bekas itulah kabarnya sejumlah pejabat di negeri ini pernah berkunjung. Bahkan, seorang warga setempat menuturkan, para pejabat tersebut datang dan biasanya samadi di ruang samadi Bung Karno untuk mendapatkan ”sesuatu”. Mantan Ketua Umum DPP Golkar, Ir. Akbar Tanjung pun disebut-sebut pernah mengunjungi bekas rumah pengasingan Bung Karno itu menjelang pembacaan vonis kasasinya di Mahkamah Agung dalam kasus Buloggate. Belakangan Akbar Tanjung lolos dari jeratan alias bebas. Entah benar atau tidak, yang pasti bekas rumah pengasingan Bung Karno di Ende tetap menjadi catatan sejarah lahirnya Pancasila yang menjadi dasar negara ini. (SH/norman meoko)







Copyright © Sinar Harapan 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar